BONDAN PRAKOSO

Bondan Prakoso (lahir di Jakarta, 8 Mei 1984; umur 30 tahun) adalah pemusik Indonesia yang mengawali karier bermusik sebagai penyanyi cilik pada tahun 80-an. Ia mulai dikenal sejak dirilisnya album Si Lumba-lumba.
Alumni D-3 Sastra Belanda Universitas Indonesia ini memulai karier remaja dan dewasanya saat membentuk grup musik Funky Kopral Pada tahun 1999 hingga tahun 2002. Kini ia membentuk grup musik baru bernama Bondan Prakoso & Fade 2 Black.

PROFIL SINGKAT :
Bondan Prakoso adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan dari Lili Yulianingsih dan Sisco Batara. Dia mengawali kariernya sebagai penyanyi cilik di era 80-an hingga awal tahun 90-an. Album perdananya yang bertitel Si Lumba-Lumba sukses dipasaran dan mencuatkan namanya.
Pada tahun 1998, Bondan membentuk grup musik Funky Kopral, sebagai bassist, hingga merilis 3 buah album. Bahkan album kedua grup musik ini diganjar penghargaan AMI Sharp Awards pada tahun 2001 untuk kategori Group Alternatif Terbaik.
Pada tahun 2003, Funky Kopral merilis album ketiga mereka dengan kolaborasi bersama Setiawan Djodi dengan hits singel Tokek dan lagi-lagi diganjar penghargaan AMI Sharp Awards pada tahun 2003 untuk kategori Kolaborasi Rock Terbaik.
Sayang, setelah album ketiga dirilis, ia mengundurkan diri dari Funky Kopral. Hingga pada tahun 2005 ia membentuk grup musik baru bernama Bondan Prakoso & Fade 2 Black dengan genre musik Pop Rock yang dipadu dengan Rap. Dengan grup musik barunya ini, Bondan diganjar penghargaan serupa, yakni AMI Sharp Awards pada tahun 2008 untuk kategori grup musik rap terbaik.
Sebelumnya, pada tahun 2006 Bondan bersama 12 orang pemain bass dari berbagai grup musik di Indonesia seperti Thomas "GIGI", Rindra "Padi", Bongky "BIP", Adam Sheila on 7 dan bassist Indonesia lainnya diganjar penghargaan oleh MURI untuk penghargaan Penampilan Bassist terbanyak dalam satu panggung.
Pada tanggal 17 Desember 2007, Bondan menikahi kekasihnya yang bernama Margareth atau yang akrab disapa Margie yang bertempat di Restoran Cibintung, Ciputat, Tangerang, dengan mas kawin berupa seperangkat alat salat dan 17 gram emas. Dan dikaruniai seorang putri yang bernama Kara Anabelle Prakoso.
Dua puluh tiga tahun berselang, Bondan kembali populer lewat
tembang kolaborasinya dengan grup rap Fade 2 Black. Klip video dari
single yang berjudul Ya Sudahlah itu kerap diputar di stasiun-stasiun
televisi. Penampilan Bondan pun sudah tak lagi seperti penyanyi
anak-anak.
Memang, saat memasuki usia pubertas,
13 tahun, Bondan memutuskan berhenti menyanyi. "Pita suara saya
membesar," katanya saat ditemui di studio Indosiar, Selasa lalu. Sang
ayah menilai karakter suara Bondan sudah tidak cocok menyanyikan lagu
anak-anak.
Dua tahun pensiun dari tarik suara,
Bondan berkonsentrasi sekolah sambil belajar memegang alat musik. "Saya
bermain segala instrumen," katanya. Dia paling klop dengan bas. Bakatnya
ini mengental setelah bertemu dengan teman-temannya di SMP Islam
Harapan Ibu, Jakarta Selatan.
Bersama lima
rekannya itu, Bondan membesut kelompok musik Funky Kopral di usia 15
tahun. Kelompok ini memainkan dan memadukan beragam jenis musik, seperti
pop, rock, jazz, hip-hop, dan rap. Beberapa album yang dihasilkan
antara lain Funchopat, Funkadelic Rhythm and Distortion, dan Misteri
Cinta, yang berkolaborasi dengan Setiawan Djodi.
Sayangnya,
kelompok ini kurang solid karena usia personelnya masih remaja.
"Beberapa kali ganti personel," ujarnya. Meski kurang padu, Funky Kopral
menyabet penghargaan dalam Anugerah Music Indonesia (AMI) Award dua
kali sebagai Best Group Alternatif dan Best Rock Collaboration.
Namun
ini tak membuat Funky Kopral mudah mendapatkan "label" untuk menjual
hasil karyanya. Menurut sarjana Sastra Belanda Universitas Indonesia
ini, jenis musik yang idealis tidak mudah diterima pasar. "Ini yang
membuat personel kurang solid," katanya. Bondan pun memutuskan mundur
setelah enam tahun bergabung. "Fokus kuliah."
Di
kampus, Bondan tetap menekuni musik. Saat mengerjakan proyek
musikalisasi puisi dari penyair Belgia, ia bertemu teman kuliahnya,
Tito, penyanyi rap. "Saya ngobrol banyak tentang musik dan nyambung,"
katanya. Dari obrolan itu, Bondan dan Tito mencoba membuat musik.
"Awalnya
iseng," katanya. Lulus kuliah, Bondan dan Tito bersepakat
berkolaborasi. Mereka menamakan diri: Bondan Prakoso & Fade2Black.
Tito mengajak dua rekannya sesama rapper, Santoz dan Lezzano, yang telah
memiliki album indie sejak 1999.
Bondan
tertantang berkolaborasi dengan jenis musik rap. "Bisa enggak musik rap
berpadu jenis musik lain," katanya. Musik rap, yang identik dengan musik
hip-hop dan R&B, diracik dengan musik rock, punk, pop, sampai
keroncong. "Terbukti musik rap fleksibel," katanya.
Kolaborasi
Bondan & Fade2Black menghasilkan tiga album, Respect, Unity, dan
For All. Dalam album kedua, Bondan memadukan musik rap dengan keroncong.
Racikan Bondan menghasilkan lagu Keroncong Protol. Walhasil, album ini
diganjar kategori Best Group Rap dalam AMI Award dua tahun lalu.
Penghargaan yang sama diterima untuk album pertama pada 2006.
Bondan
menilai musiknya memberikan warna baru di belantara musik Indonesia.
"Musik saya mengedukasi," ujarnya. Bondan menjamin karya-karyanya jauh
dari urusan cinta picisan. Menurut dia, masih banyak tema lain yang
belum digarap oleh pekerja musik. "Tema politik, sosial, masih banyak,"
katanya.
Dalam menciptakan lirik lagu, Bondan
lebih tertarik mengangkat tema cinta dalam sudut pandang persahabatan.
"Cinta itu luas," katanya. Tema-tema ini terasa kuat dalam lagu di album
ketiganya, misalkan Kita Selamanya.
Bondan
prihatin dengan perkembangan musik sekarang. "Temanya monoton," katanya.
Ia menilai tidak adanya musik untuk anak-anak sebagai bukti tak
berkembangnya musik di Indonesia. Akibatnya, anak-anak menyanyikan lagu
orang dewasa. "Ini tak terjadi di saat saya kecil."
Dalam
membuat lirik, Bondan tak menemui kesulitan. "Inspirasi datang dari
mana saja dan kapan saja," ucapnya. Jika ide muncul di sela
aktivitasnya, Bondan langsung berhenti. "Saya berhenti sejenak, lalu
merekamnya," katanya.
Bondan bertekad karyanya
bersama Fade2Black melebihi karya sebelumnya. Sementara dulu Bondan
sukses sebagai penembang, kini ia ingin lebih. "Kalau hanya jadi
penyanyi rasanya belum lengkap," ujarnya. Kini di kelompoknya ia
berperan sebagai produser dan komposer. "Tanggung jawabnya makin besar."
Meski masih muda, Bondan memilih mengakhiri
masa lajangnya tiga tahun lalu saat berusia 25 tahun. Istrinya, Margaret
Caroline, adalah video jockey MTV. "Saya ketemu saat tampil di MTV,"
katanya. Bondan yakin kariernya bertambah sukses dengan statusnya
sebagai suami dan bapak. "Kini saya bertambah fokus," katanya. Ayah Kara
Arabel ini menilai hidup berkeluarga lebih baik ketimbang sendirian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar